Swinger

Fenomena bertukar pasangan dalam berhubungan intim antar pasangan suami istri saat menjadi hal yang mulai popular ditemui dalam masyarakat. Hal ini mulai menggeser nilai2 norma yang selama ini dipegang kukuh.

Berbagai media menjadi sarana bertemunya para pelaku tukar pasangan terutama jejaring sosial didunia maya baik itu facebook, twiter, netlog, linkedin dan sebagainya

Dalam tulisan ini saya selaku penulis akan mengulas Fenomena bertukar pasangan atau yang lazim disebut Swinger dari sisi positifnya, karena menurut pandangan saya memang aktivitas ini memiliki sisi positif yang jauh lebih banyak daripada sisi negative yang ditimbulkan, setidaknya sampai tulisan ini saya luncurkan

SWINGER atau bertukar pasangan, adalah suatu aktivitas seksual antara 2(dua) atau lebih pasangan suami istri resmi yang dilakukan secara sukarela dan dalam batas alam sadar para pelakunya.Hal ini berbeda dengan fenomena orgy atau pesta seks dimana pelakunya rata-rata bukan merupakan pasangan suami-isteri resmi/syah

Berbeda dengan orgy, swinger dilakukan dengan memiliki tujuan yang lebih spesifik atau kalo boleh dikatakan swinger adalah aktivitas sex yang dilakukan dengan tujuan yang mulia selama tidak dikaitkan dengan keberadaan agama dan norma.Mulia yang saya maksud adalah demi menjaga keutuhan rumah tangga yang dibina sepasang suami-isteri.
Hasil survey yang saya lakukan selama kurang lebih 2 tahun yang melibatkan lebih dari 1000(seribu) responden dimana 1 responden mewakili 1 pasangan suami-isteri resmi yang artinya 1000 responden = 1000 pasangan suami-isteri, saya menemukan hasil yang mencengangkan. 

Lebih dari 85% responden menyatakan tertarik untuk melakukan hubungan intim dengan laki-laki atau perempuan yang bukan pasangan resminya. Responden yang saya maksud disini adalah mereka yang menikah lebih dari 6tahun, hidup mapan, sudah memiliki momongan dan tinggal dirumah sendiri atau tidak bersama denga orang tua. Artinya bahwa memang rata-rata pasangan suami isteri yang telah menikah lebih dari 6th memiliki tingkat kejenuhan dalam melakukan hubungan intim dengan pasangannya, meskipun bukan berarti ingin mengakhiri pernikahannya.
Hasil survey inipun saya lakukan dengan batasan dimana mereka (suami-isteri) menyatakan keinginan mereka secara terpisah, tanpa sepengetahuan pasangan masing-masing, karena menurut saya hal ini lebih merepresentasikan apa yang diinginkan setiap manusia secara natural/alamiah.
Lain halnya para pelaku swinger yang secara terang-terangan mereka berdua sudah saling sepakat untuk melakukan aktivitas tersebut dan menyatakannya meskipun masih didalam kerangka komunitas mereka saja. Mereka juga mengatakan tidak dengan mudah melangkah sampai sejauh itu. Mereka membutuhkan proses yang tidak gampang untuk sampai pada titik kesadaran bahwa “aku mengijinkan suamiku untuk berhubungan badan/sex dengan wanita lain atau aku mengijinkan isteriku di tiduri pria lain”.
Tapi jangan salah..bukan karena prosesnya sulit kemudian aktivitas ini berkembang lambat secara jumlah.Secara statistic, pelaku swinger diindonesia jumlahnya sudah mencapai ratusan bahkan ribuan pasang dan terus bertambah, anda mungkin hanya tidak mengetahui atau mnenyadari kalau ternyata tetangga anda sering kedatangan tamu pasangan suami-isteri yang menginap dimana mereka datang sore atau malam dan pulangnya ke esokan pagi atau siangnya.
Salah satu faktor yang mempermudah dan menjadi percepatannya adalah bahwa sekarang swinger banyak dimulai dengan aktivitas yang biasa disebut dengan istilah softswing, yaitu aktivitas hubungan sex/intim 2(dua) atau lebih pasangan suami-ister resmi yang dilakukan oleh pasangan masing-masing artinya tanpa adanya pertukaran pasangan. Kadang juga dilakukan via webcamera, artinya pasangan suami isteri yang sedang melakukan hubunngan intim membiarkan aktivitasnya dilihat oleh pasanga lain yang berada dibelahan bumi yang lain melalui web camera begitu pula sebaliknya.
Komitmen yang dibangun dalam kerangka komunitas ini adalah :
  1. saling menjaga privasi semua anggota,
  2. tidak diijinkan seorang suami/isteri melakukan hubungan dengan lawan swinger tanpa sepengetahuan pasangan resmi,
  3. semua aktivitas sex dilakukan dalam kesadaran semua pelakunya
  4. menjaga kesehatan genital diri masing-masing
dengan komitmen eksternal seperti ini secara otomatis melahirkan kesadaran dan peraturan internal para pasangan suami-isteri yaitu:
  1. Isteri tidak perlu khawatir karena suami tidak perlu lagi jajan
  2. Menjaga perasaan masing-masing antar pasangan, tidak membandingkan keperkasaan suami dengan laki-laki lain atau tidak membandingkan pelayanan yang dilakukanisteri wanita lain